http://www.emocutez.com Hello...Welcome to my blog!

24 Februari 2011

Paceklik Keteraturan Bahasa

Kuliah kedua oleh Bapak Dali S. Naga mengangkat topik mengenai pentingnya 'bahasa' dalam komunikasi. Beliau bercerita mengenai proses perkembangan bahasa di Indonesia. Bahasa sansekerta, bahasa jawi, dan hingga pada akhirnya lahirlah bahasa Indonesia yang sudah dibakukan ke dalam ejaan yang disempurnakan, yang saat ini kita kenal dan gunakan dalam kehidupan keseharian.


Bangsa Indonesia sudah sepatutnya bangga akan keragaman bahasa daerah dan bahasa Indonesia sebagai penggunaan bahasa nasional. Sejarah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang resmi di negara ini menorehkan perjuangan para cendekiawan bangsa. Bahasa sebagai 'akses' pemerataan kecerdasan melalui keterampilan berkomunikasi menjadi identitas bangsa ini yang harus digunakan secara baik.

Namun, amat menyedihkan bila melihat perkembangan penggunaan bahasa Indonesia belakangan ini yang mulai tak lagi menggunakan ejaan yang disempurnakan atau bahkan kaidah berbahasa yang baku. Generasi muda mulai nyeleneh dan seenaknya dalam berkomunikasi, seolah ini menjadi cerminan gagalnya penanaman identitas bangsa melalui bahasa.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bapak Dali S. Naga mengenai bahasa, salah satunya yang menarik bagi saya adalah mengenai ditemukannya berbagai prasasti berabad-abad silam menunjukkan betapa nenek moyang Indonesia sudah mengenal bahasa untuk berkomunikasi dengan generasi mendatang. Bahkan bahasa Inggris yang merupakan kiblat budaya semua negara seperti 'memaksakan' secara tak langsung akan dominasi identitas bangsa barat kepada bangsa-bangsa lain di dunia. Atau rakyat Jepang dan Perancis yang tetap mengharuskan setiap pendatang untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa di negara mereka. Ini merupakan gambaran betapa kokoh identitas bangsa mereka.
Di Indonesia bahkan seringkali generasi muda menggunakan bahasa 'gaul' atau bahkan akronim yang benar-benar merusak bahasa Indonesia. 'Gatsu' yang berarti singkatan sebuah nama jalan di Jakarta Gatot Subroto, 'senpi' yang berarti senjata api, atau bahkan 'mangdu' yang berarti pusat perbelanjaan Mangga Dua di Jakarta.

Padahal bangsa lain senang mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi berbanding terbalik dengan realita penggunaan bahasa Indonesia di negeri ini yang semakin jauh dari kaidah yang sebaiknya. Jadi, mengapa manusia mengerti bahasa? Karena bahasa potret dari realitas (Wittgenstein, dikutip dari pembahasan oleh Bapak Dali S. Naga). Tetapi bila setiap bangsa menggunakan bahasa sebagai identitas dan potret realitas dari budaya bangsa masing-masing, maka negeri ini sepertinya mulai paceklik keteraturan bahasa. Semoga para generasi muda akan semakin sadar betapa bahasa Indonesia begitu berharga dan menjadi identitas bahkan jati diri di tengah pluralitas masyarakat universal.





Referensi gambar dan video :
www.google.com
www.youtube.com

2 komentar:

  1. Cinta bahasa Indonesia bikin bangga!!!!
    jadi kapan lagi bangga sama negeri sendiri,,
    kenapa seringnya malah bangga sama produk termasuk bahasa luar negeri?!!!
    orang luar negeri malah lebih cinta Indonesia tuh..

    BalasHapus
  2. iyaaaaahhh betul...ayo dunk mulai perbaiki penggunaan Bahasa Indonesia kita!

    BalasHapus