Kuliah ketujuh ini disampaikan oleh Ibu Henny Wirawan mengenai psikologi komunikasi massa. Saya tertarik memberikan komentar mengenai perilaku massa di Indonesia, mari kita ambil contoh aksi demo yang mewarnai negeri ini. Demonstrasi atau lebih dikenal dengan aksi demo kerap kali dianggap destruktif, penuh dengan agresi/kekerasan atau setidaknya berlabel negatif. Namun, tahukah Anda bahwa orang-orang yang melakukan demonstrasi adalah massa yang tidak selalu bersifat destruktif, terkait dengan agresi/kekerasan atau bahkan berlabel negatif. Mereka adalah sekumpulan orang yang berusaha mengungkapkan ekspresi dari perilaku kolektif dengan tujuan mengemukakan pendapat mengenai persoalan sosial. Menariknya demonstrasi yang 'sebenarnya' memang benar-benar mengakomodir kepentingan rakyat untuk perbaikan sistem kehidupan sosial yang lebih baik lagi.
Suara mana yang lebih didengar bila ada banyak suara massa? |
Psikologi massa berusaha menelusuri lebih dalam mengenai proses mental dan perilaku kolektif yang ditujukan kepada gerakan perubahan perilaku kolektif dengan tujuan tertentu. Ciri dari tindakan kolektif itu sendiri adalah tidak bergantung pada mobilisasi dan kepemimpinan, serta vergerak secara otomatis karena adanya dorongan kesadaran individual yang kuat. Tetapi dewasa ini realita menunjukkan psikologi massa ke arah 'tertentu' karena diboncengi oleh dorongan kepentingan pribadi aktor utama di balik perilaku kolektif massa tersebut.
Aktor utama dalam bahasan ini adalah individu atau kelompok yang bertindak sebagai inisiator dan biasanya bukan aktor tunggal, tetapi memiliki beberapa orang yang juga bekerja di balik layar menggerakan massa. Massa pada umumnya dibentuk dan dikumpulkan dengan sengaja serta mendapat dorongan 'komersil' yang tentu saja mempengaruhi tiap individu untuk melakukan perilaku kolektif. Apalagi bila ternyata kebiasaan masyarakat kita 'latah' atau 'ikut-ikutan' untuk melakukan perilaku kolektif atas ajakan orang yang dekat atau dipercaya.
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, diantaranya:
- Structural conduciveness.Struktur sosial yang kondusif memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti : pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mal, dan lainnya.
- Structural Strain.Munculnya ketegangan dalam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya : antar pendukung kontestan pilkada.
- Generalized beliefs.Munculnya tindakan bersama karena adanya kepercayaan/keyakinan bersama (share interpretation of event).
- Precipitating factors .Adanya peristiwa/kejadian pemicu (triggering incidence). Misal, ada pencurian, ada kecelakaan, ada perkelahian, dan lainnya.
- Mobilization for actions.Adanya mobilisasi massa, dalam hal ini perilaku kolektif digerakkan oleh pihak lain di luar massa atau yang memimpin massa. Misalnya, aksi buruh, rapat umum, organisasi masyarakat, dan lainnya.
- Failure of Social Control .Adanya kegagalan kontrol sosial sehingga massa melakukan perilaku melawan aturan yang sudah berlaku.
Jadi, sebenarnya di balik massa di negeri ini ada banyak faktor yang dapat dipelajari. Yang pertama adalah motivasi dari massa karena desakan kondisi kebutuhan dan keinginan perekonomian tiap individu yang pada umumnya berasal dari kelompok menengah ke bawah. Sehingga mereka mudah dikumpulkan, dipengaruhi, dan didorong untuk melakukan perilaku kolektif berbasis pada tujuan yang sebenarnya mereka tidak ketahui. Meski, pada kenyataannya beberapa perilaku kolektif massa juga memiliki tujuan yang sangat jelas dan nyata. Selanjutnya adalah karakter massa di negeri ini cenderung mudah dipengaruhi dan 'ikut-ikutan' sehingga memicu perilaku kolektif yang tanpa indikasi tujuan jelas seperti ciri dalam teori di atas. Terakhir karakter massa di Indonesia juga mudah emosional (memancing kemunculan agresi/kekerasan) dan tanpa pikir panjang. Sehingga pada akhirnya semua aktivitas massa dan perilaku kolektif ditumpangi dan dijalankan oleh sekumpulan orang yang tidak memiliki niat demi tercapainya perbaikan atau kebaikan kepentingan sosial yang sebenarnya.
Maka, sebaiknya semua orang dapat mulai belajar mengendalikan karakter yang baik dan bijak dalam melakukan perilaku kolektif. Berpikirlah panjang menggunakan hati dan berusaha mengesampingan kepentingan pribadi dan emosi sesaat. Apalagi Anda para generasi komunikasi yang cerdas, hasilkanlah karya-karya yang dapat mempersuasi dan mengajak orang di sekitar kita dapat lebih peka dengan hati dan niat baik terhadap kondisi bangsa ini. Sehingga berani menyuarakan opini melalui perilaku massa (kolektif) yang membuahkan hasil positif. Tentu saja dengan proses yang damai dan dilandasi psikologi massa yang baik.
Referensi gambar dan video :
www.google.com
www.youtube.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar