http://www.emocutez.com Hello...Welcome to my blog!

27 April 2011

Kritik Bagi Wajah Pertelevisian Indonesia


Pertemuan kesembilan kali ini membahas mengenai televisi oleh Bapak Iswandi Syahputra. Televisi tak hanya sekedar sebuah media, namun lebih dari itu televisi sebenarnya mengkonstruksi pikiran kita dan menjadikan pikiran kita sebagai dunia tersendiri. Berbagai macam bentuk dan jenis televisi yang ada saat ini, tetap saja yang akan menjadi perhatian dalam pembahasan kali ini adalah mengenai isi penyiaran televisi itu sendiri.

Di masa teknologi informasi dan komunikasi, televisi menjadi sebuah media yang memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi secara masiv. Stasiun atau industri televisi terus berkembang ditandai dengan maraknya jumlah stasiun televisi di Indonesia.
Televisi memiliki berbagai peran, diantaranya :
  1. Televisi sebagai institusi pendidikan
  2. Televisi sebagai institusi sosial
  3. Televisi sebagai institusi ekonomi
  4. Televisi sebagai institusi religius

Tetapi kenyataannya dominasi peran yang tampak saat ini, televisi tak lebih dari sebuah media kapitalis (hanya sebagai alat pengeruk keuntungan semata dalam konteks ekonomi). Televisi hanya terus memproduksi konten yang kurang mendidik demi mendapatkan rating yang baik. Sehingga konten dari televisi saat ini kurang mendidik dan bahkan mengkonstruksi berbagai 'label' dalam kehidupan.

Iklan bermakna

Sinetron, iklan, film, reality show, kuis, dan acara televisi lainnya seolah menggunakan berbagai unsur yang memikat. Masyarakat mendapatkan parameter 'role model' melalui televisi. Seperti perempuan cantik yang diidentikan dengan putih, langsing, dan populer atau berbagai produk yang secara berkala digunakan, seperti sabun, kosmetik, makanan, dan hal lainnya. Semua ini merupakan ciri bagaimana masyarakat mengadaptasi berbagai 'nilai' dari apa yang mereka dapatkan dari sajian tayangan televisi yang melabelkan semua hal dalam kehidupan ini.

Opera Van Java-Trans 7

Televisi saat ini tak lebih dari alat untuk memenuhi kepentingan komersil para pemangku kepentingan. Demi mendapatkan rating yang baik, maka berbagai stasiun atau perusahaan penyiaran televisi bersaing sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat. Rating menjadi rujukan utama produksi program televisi yang membawa implikasi isi (program) tayangan televisi yang hampir seragam pada semua televisi. Terpusatnya kepemilikan stasiun televisi mengimplikasi televisi menjadi alat penopang kekuasaan ekonomi dan politik. Dalam konteks ini makna rating dan agenda setting (media agenda yang kemudian dapat memicu public agenda dan policy agenda) mewarnai perkembangan wajah televisi Indonesia.




Sungguh memprihatinkan melihat kondisi konten penyiaran televisi yang sudah tak memenuhi peran 'sebenarnya' dari televisi seperti yang diuraikan di atas. Padahal masyarakat secara simultan mengkonsumsi televisi yang dianggap paling mendidik dan memberikan berbagai sajian tayangan dan informasi yang akurat. Tetapi realitanya televisi saat ini memiliki bahaya karena maraknya tayangan yang mengandung unsur SARA (Suku, ras, dan agama yang memicu terjadinyan konflik), seks/pornografi, sadis/kekerasan, sihir/mistik, dan sedih yang berlebihan. Sehingga dibutuhkan sebuah perubahan dan kritik yang dalam untuk memperbaiki kualitas konten tayangan televisi di negeri ini. 


Kick Andy - Metro Tv

Untuk mencapai pertelevisian yang berkualitas tak hanya dibutuhkan peran dan kesadaran pada para produsen tayangan televisi, tetapi juga peran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran (pasal 77 UU 32/2002). Meski, faktanya saat ini KPI hanya mengurusi isi atau konten penyiaran televisi Indonesia. KPI memiliki kewenangan untuk menjatuhkan sanksi (pasal 55 UU 32/2002), seperti teguran tertulis, penghentian sementara, pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu, pembatasan durasi dan waktu siaran.

Televisi merupakan pengasuh generasi muda
Sebagai generasi muda komunikasi semoga suatu hari kita dapat memberikan sumbangsih dan masukan yang berarti, sebagai kritik perbaikan dan pembangunan pertelevisian Indonesia. Perbaikan ini diarahkan agar lebih mengutamakan kualitas konten atau isi yang positif dari tayangan televisi di negeri ini. Harapannya agar masyarakat Indonesia lebih cerdas, kreatif, dan reaktif pada perkembangan di dunia saat ini. Sehingga televisi tak hanya menjejali atau mengepung masyarakat dengan tayangan yang sekedar mengibur, namun kenyataannya 'miris', karena rendahnya 'nilai' yang ditanamkan pada khalayak melalui tayangan tersebut. Sebagai khalayak juga haruslah bersikap kritis dan bersedia mengadopsi berbagai nilai yang positif dari tontonan di televisi (gatekeeper).



Referensi gambar dan video :
www.google.com
www.youtube.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar