Perkuliahan kali ini membahas mengenai media sosial dan revolusi politik oleh Ibu Riris Loisa. Mungkin agak sedikit kompleks bila kita membedah persoalan politik di negeri ini. Namun, sekali lagi kita mencoba melihat secara netral dari perspektif komunikasi kaitan antara kekuatan media sosial (berbagai jejaring sosial seperti facebook, twitter, my space, bahkan youtube) yang membawa perubahan pada perpolitikan hingga berevolusi.
Jenis media yang populer di masyarakat berdampak besar terhadap individu maupun struktur sosial di masa itu (Technological Determinism, Marshall McLuhan). Lihat saja satu contoh nyata bagaimana kemudian sebuah gerakan sosial lewat facebook dapat memicu demo besar hingga turunnya presiden di sebuah negara seperti Mesir. Berawal dari kematian seorang Khaled Sahid (28), ia seorang aktivis sosial lewat dunia maya (media jejaring sosial). Kondisi yang ia saksikan sendiri mengenai kekerasan di sekitarnya oleh aparat negara menyentuh hatinya dan mendorongnya untuk menuliskan kejadian yang dilihatnya melalui dunia maya. Tentu saja semua publikasi dan interaksi Khaled Sahid diketahui oleh negara dan ia menjadi incaran para aparat negara. Kemudian setelah beberapa lama Khaled Sahid ditemukan tewas dan diduga ia dibunuh oleh aparat negara.
Khaled Sahid (Mesir) |
Kejadian ini kemudian memicu kemarahan rakyat yang merasa mereka semakin tertindas di negara mereka sendiri. Hingga kemudian terbentuklah sebuah gerakan lewat facebook dan jejaring sosial lainnya. Dimulailah pemberontakan rakyat Mesir menuntut presiden Husni Mubarak untuk turun. Hal ini kemudian mendorong gejolak pemerintahan di negara Mesir dan revolusi Mesir.
Media Digital Mendorong Revolusi Mesir |
Contoh ini menunjukan betapa teknologi komunikasi berbasis internet dapat berdampak pada aksi rakyat dan berujung pada perubahan sosial yang dititikberatkan pada proses. Rangkaian proses dimulai dari penyebaran isi media yang kemudian memicu masyarakat memiliki kesadaran kritis, yakni menjadi sadar akan kesenjangan antara realitas yang ideal di dalam hal hubungan kekuasaan. Kemudian setelah memiliki kesadaran, masyarakat merekonstruksi perilaku dan pikiran yang kritis yang diwujudkan dalam aksi sosial.
Di masa ini mengkritisi dunia politik tak lagi sesulit beberapa masa yang lalu. Media sosial berteknologi tinggi mempermudah pembentukan kesadaran kritis pada masyarakat untuk lebih berani menyuarakan kebenaran dan kepentingan yang baik. Bahkan di era kebebasan informasi saat ini, semua informasi dengan mudah dan bebas dipublikasikan dan diakses.
Jadi, semua ini menunjukan teknologi komunikasi (jejaring sosial seperti, facebook, twitter, my space, youtube dan lainnya) dapat mewujudkan perubahan bagi manusia dan kondisi ini bergantung pada aktor-aktor revolusi atau para kosntruktor realitas masyarakat. Karena media sosial meski terlihat diproduksi oleh orang-orang secara massa namun, sebenarnya masih ada unsur one to many oriented (satu orang yang mengontrol isi media sehingga terjadilah agenda setting). Menjadi sebuah pelajaran penting yang dapat diambil dari pembahasan kali ini bahwa selalu ambil hal positif dari isi media dan gunakan media secara bijak demi perbaikan politik yang lebih baik lagi di negeri ini (bila memang pada akhirnya terjadi revolusi politik).
Referensi gambar dan video :
www.google.com
www.youtube.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar